Seminar Hasil Penelitian Dosen 2019

Lima puluh judul penelitian dosen Fakultas Pertanian Universitas Udayana tampil pada Seminar Hasil Penelitian Dosen.  Acara yang diselenggarakan selama sehari ini merupakan event tahunan untuk mendiskusikan hasil penelitian yang dilakukan oleh dosen FP Unud. 

Pada kesempatan acara pembukaan, ketua panitia seminar, Dr. Ida Ayu Putri Darmawati memaparkan bahwa seminar yang berlangsung pada tanggal 8 Nopember 2019 ini diikuti oleh dosen dari berbagai skema penelitian hibah Kemenristek Dikti maupun dana hibah PNBP.  Selengkapnya dana Penelitian Unggulan Program Studi (PUPS) 30 judul, Penelitian Grup Riset 10 judul, Penelitian Invensi Udayana dan Penelitian Dasar masing-masing 2 judul.  Sedangkan Penelitian Dosen Muda, Penelitian Kerjasama Luar Negeri, Penelitan dan Publikasi Guru Besar, Hibah Inovasi, Penelitian Dasar Unggulan PT, dan Penelitian Terapan masing-masing 1 judul.  Seminar hasil penelitian ini dilaksanakan secara paralel pada 3 ruang sesuai dengan bidang sejenis, yaitu Agribisnis, Agroekoteknologi, dan Arsitektur Pertamanan.

Acara yang dibuka oleh Dekan FP Unud, Dr. I Nyoman Gede Ustriyana menyampaikan bahwa kegiatan ini adalah merupakan salah satu bentuk tanggung jawab peneliti atas dana yang telah diperoleh dan selanjutnya sebagai bentuk penyebarluasan hasil penelitian di lingkungan para peneliti.  Selanjutnya dari seminar ini akan dilanjutkan dengan kegiatan diseminasi hasil-hasil penelitian yang disampaikan kepada masyarakat luas.  Pada bagian akhir Dekan menyampaikan agar kegiatan seminar ini menjadi ajang diskusi yang bernilai bagi kemajuan kegiatan ilmiah di FP Unud. (cho)

Diversifikasi pertanian untuk mendukung swasembada pangan

Swasembada pangan selalu menjadi wacana yang digulirkan oleh pemerintah untuk mendukung ketahanan pangan di  Indonesia. Menurut Wakil Dekan 1 Fakultas Pertanian Universitas Udayana (Unud) Dr Ir Ni Luh Kartini MS, untuk menjadikan Indonesia negara yang memiliki ketahanan pangan, harus didukung dengan program diversifikasi pertanian, dimana semua elemen harus bersinergi satu dengan yang lainnya. 

“Swasembadaya pangan bukan hanya tentang beras, tapi juga perikanan dan peternakan yang dikonversikan dalam satuan kalori,” jelasnya saat diwawancara via telfun oleh tim Redaksi LPM Khlorofil, Sabtu (16/10).

Menurut Kartini, ketahanan pangan berbeda halnya dengan kedaulatan pangan. Sebagai contoh, tegasnya, jika suatu daerah tidak dapat menghasilkan beras namun daerah tersebut dapat menghasilkan sayur-sayuran, sehingga dari penjualan sayur, masyarakat dapat membeli beras, hal tersebut dapat dikatakan sebagai ketahanan pangan. 

Sedangkan kedaulatan pangan, diartikan semua daerah dapat secara mandiri memenuhi kebutuhan pangan utamanya yakni beras. “Hal ini tidak mungkin dilakukan, sebab tidak semua daerah bisa ditanam padi, sehingga Indoensia tidak dapat berdaulat pangan,” kata Kartini. 

Maka untuk mencapai ketahanan pangan, lanjut Dosen Ilmu Tanah dan Lingkungan tersebut, Indonesia harus terus menerapkan diversifikasi pertanian. “Walaupun tidak semua daerah dapat menghasilkan beras, tapi masyarakat tetap bisa membeli beras,” tuturnya. 

Senada dengan hal tersebut, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian Unud menyelenggarakan Diskusi Hari Pangan pada tanggal 20 Oktober lalu, dengan tema Swasembada Pangan, Polusi atau Solusi? 

Ketua BEM Fakultas Pertanian unud, Ni Kadek Sri Utari menyampaikan diskusi ini digelar untuk memperingati Hari Pangan Sedunia dengan menghadirkan dua orang pembicara yakni Dr I Gede Setiawan Adi Putra SP, selaku dosen di Fakultas Pertanian Unud dan Made Buda selaku selaku penyuluh pertanian di Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura, dan Perkebunan Provinsi Bali, “Kami berfokus pada materi mengenai swasembada pangan dalam bidang pertanian, khususnya beras,” tegasnya. 

Sri mengakui, diskusi yang dilaksanakan berfokus pada beras atau padi karena nasi merupakan makanan pokok orang Indonesia. 

Disisi lain,  semakin luasnya lahan pertanian di Denpasar yang mulai berkurang akibat alih fungsi lahan. 

“Dari diskusi tersebut, diharapkan generasi muda paham akan penting menjaga lahan pertanian untuk mendukung   swasembada pangan itu sendiri, salah satunya menjaga kelangsungan komoditi padi,” tutur mahasiswi Program Studi Agribisnis tersebut. (Khloro/Luhtu)

Konferensi International ke-10 Bioscience dan Bioteknologi

ICBB kegiatan rutin setiap tahun yang dilakukan dengan tujuan mempertemukan para ilmuwan, peneliti, serta pendidik untuk menjelaskan dan berdiskusi mengenai hasil penelitian, pengalaman, serta ide dan pemikiran menyangkut bioscience dan bioteknologi. 

Pada hari Senin (23/09/2019) telah dilaksanakan kembali International Conference on Bioscience and Biotechnology (ICBB) ke-10 di Aula gedung Pascasarjana Universtas Udayana. International Converence on Bioscience and Biotechnology atau disingkat ICBB merupakan suatu acara yang diselenggarakan setiap tahunnya dalam waktu yang bertepatan pada bulan perayaan ulang tahun Universitas Udayana dan Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Acara ini diselenggarakan dengan adanya asosiasi antara Asia Oceania Bioscience and Biotechnology Consortium (OABBC) dengan Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Di tahun ini kegiatan tersebut mengusung tema Reasearch, Educational System and Management of Bioscience and Biotechnology toward the Industrial Revolution 4.0. Pemilihan tema tersebut dilatarbelakangi oleh  adanya perubahan dan perkembangan zaman serta teknologi, dimana pada era saat ini diharapkan bioscience dan biotechnology dapat meningkatkan kesejahteraan kehidupan manusia.

Ketua  Panitia acara ICBB ke-10, bapak I Made Sukewijaya, S.P., M.Sc.  dalam kata sambutannya mengatakan bahwa acara kegiatan ini bertujuan untuk mempertemukan para peneliti, ilmuwan serta pendidik dari bidangnya masing-masing  untuk berbagi pengalaman dan diskusi hasil penelitian atau penemuan, serta ide-ide dan pemikiran mereka mengenai bioscience dan bioteknologi melalui presentasi dan diskusi. Beliau sendiri mengaku bahwa ICBB adalah momen yang sangat bagus, “Acara ini momen yang bagus untuk mempertemukan peneliti dan pendidik dari negara luar.” Beliau juga menjelaskan bahwa peserta kegiatan bersifat umum, mulai dosen, mahasiswa, serta perusahaan, kegiatan tetap dalam mempresentasikan akademik seperti membahas mengenai hasil-hasil penelitian, ide-ide dalam bidang bioteknologi serta perkembangan teknologi.”

Dalam kegiatannya, International Converence on Bioscience and Biotechnology atau  ICBB mengundang beberapa pembicara yang berasal dari Jepang dan Australia, yaitu Prof. Dr. Masaaki Oka selaku rector Universitas Yamaguchi dan Prof. Dr. Takashi Ikeda dari Universitas Meiji. Sementra itu terdapat pula Prof. Dr. Acram Taji dari Universitas teknologi Queensland Australia, dan Dr. Made Sriasih dari Universitas Mataram NTB, serta Dr. I Ketut Suada dari Universitas Udayana. Kegiatan ini dilakukan selama dua hari, pada hari pertama diawali dengan presentasi dan diskusi  mengenai hasil-hasil penelitian para pembicara dan dilanjutkan dengan diskusi kelas yang terbagi menjadi emat kelas dengan bahasan yang menyangkut Hama dan Penyakit, Agronomi, Agribisnis dan Landscape, serta tentang Hewan dan Kelautan. Sementara pada hari kedua  dilaksanakan workshop.

Prof. Dr. Ir. I Gede Putu Wirawan selaku salah satu pemrakarsa acara ICBB  mengatakan bahwa kegiatan ini dilakukan untuk memacu akademik atau pendidikan, selain itu juga penelitian. “Penelitianlah yang utama karena di dunia ini ada banyak perubahan dan perkembangan teknologi dari waktu ke waktu, sehingga dibutuhkan ide untuk penemuan-penemuan baru dan proses pembelajaran.” Jelas beliau. Beliau juga mengatakan bahwa dengan adanya acara ini  terdapat kerja sama antara instansi-instansi, baik kerja sama antar universitas, penelitian, pembuatan jurnal penelitian, dan lainnya. Tujuannya untuk mengaktifkan semua dosen supaya berorientasi pada akademik, melakukan pendidikan berbasis penelitian yang multiskill dan berkompetensi pada bidangnya. (jce/khloro)

 

Bimbingan Teknis Upsus 2019

Bimbingan Tekniks (Bimtek) Pendampingan Mahasiswa Upaya Khusus untuk Mencapai Swasembada Pangan di Provinsi Bali dilaksanakan di Denpasar mulai tanggal 18 September 2019 sampai dengan 22 September 2019.

Kegiatan Bimtek ini merupakan awal kegiatan pendampingan mahasiswa yang dilakukan untuk mempersiapkan calon pendamping mahasiswa yang akan diterjunkan ke lapangan selama 3 bulan di seluruh wilayah Provinsi Bali.  Kegiatan Upsus 2019 kali ini menekankan pada pendampingan luas tambah tanam dan optimalisasi alsintan (alat dan mesin pertanian).

Para calon pendamping ini berasal dari mahasiswa dan alumni Fakulatas Pertanian Universitas Udayana sejumlah 25 orang yang akan diberikan Bimtek selama 5 hari.  Para pemateri Bimtek berasal dari BPPSDMP Kementan RI, Polbangtan Malang, Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Provinsi Bali, BPTP Bali, serta para dosen di lingkungan FP Unud.

Pada kesempatan acara pembukaan Bimtek Dekan FP Unud, yang diwakili oleh WD II Dr. Ir. I Ketut Suada, menekankan bahwa kesempatan menjadi pendamping kegiatan ini agar digunakan sebaik-baiknya bagi mahasiswa pendamping agar bisa bermanfaat untuk diri sendiri, dunia pertanian, dan petani pada khususnya.